Arsip untuk Desember, 2008

Gas Elpiji Langka, Salah Siapa?

elpiji

Program konversi minyak tanah ke gas elpiji kembali menuai kecaman. Sebelumnya masyarakat enggan beralih ke gas elpiji karena berpikir gas lebih mahal. Tapi pemerintah tak mau peduli, rakyat seperti dipaksa. Mau tidak mau harus mau mengganti konsumsi bahan bakar dari minyak tanah ke gas elpiji. Dan rakyatpun mengalah, baiklah kita pakai elpiji toh kompor dan tabung diberikan gratis oleh Pemerintah. Begitu mungkin pikir mereka.

Tapi kenyataan bicara lain. Setelah rakyat benar – benar memakai elpiji, tentunya dengan konsekwensi minyak tanah menghilang di daerah mereka, saat ini rakyat kembali dihadapkan pada permasalahan baru : GAS ELPIJI SUSAH DIDAPAT.

Hal ini terjadi di banyak tempat, mulai dari Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya bahkan sampai luar jawa. Kelangkaan elpiji ini mulai mengganggu kelangsungan usaha kecil di beberapa daerah yang terkena program konversi.

Saiman, seorang pedagang bakso di Jakarta sudah empat hari tidak berjualan. Tabung elpiji ukuran tiga kilogram miliknya dibawa ke sejumlah sudut Ibu Kota mencari pengecer yang masih punya stok. Namun, sampai lelah berputar putar dengan sepeda ontelnya, Saiman tak kunjung bisa menukarkan tabung gas miliknya.

Pertamina sebagai pihak yang bertanggung jawab atas ketersediaan bahan bakar di negeri ini hanya bisa mengumbar janji janji saja. Kali ini Pertamina kembali berjanji selasa (16/12) ini pasokan akan kembali normal. Pertamina juga tak mau disalahkan dan menunjuk kepanikan konsumen sebagai biang keladi langkanya elpiji di pasaran.

Lalu bagaimana kata pemerintah? Nggak jauh beda. Pemerintah mengakui ada hambatan pasokan karena dua kilang rusak bersamaan. Tapi perilaku masyarakat yang berlebihan menjadikan kelangkaan kian meluas. “Jadi biasa kalau ada kekurangan, orang yang tak kekurangan ikut membeli,” kata Wakil Presiden Yusuf Kalla pada suatu kesempatan.

Jadi cukup dengan saling menyalahkan saja lalu masalah akan teratasi dengan sendirinya? Lalu dimana letak rasa keberpihakan Pemerintah kepada rakyatnya? Apa iya rakyat disuruh menyelesaikan sendiri setiap permasalahan yang dihadapi?

Mungkin saya akan lebih sering mendengar kalimat seperti ini: “Pemerintah maunya gimana sih, dulu pakai minyak tanah disuruh pakai gas, sekarang sudah pakai gas malah gasnya nggak ada. Beli minyak tanah juga harus ngantri. Kayak jaman PKI saja.”(Harr/Randublatung)

Berebut Daging Kurban

berebut-daging

Hari Raya Idul Adha berlangsung kemarin Senin, 8 Desember 2008. Seperti biasa diikuti dengan pemotongan hewan kurban bagi yang mampu untuk dibagikan kepada masyarakat sekitar. Berita dari seputar Idul Adha datang dari berbagai daerah dimana masyarakat saling berebut daging kurban yang hendak dibagikan.

Daging kurban yang sebenarnya jumlahnya tidak terlalu banyak itu selalu jadi rebutan pada setiap datangnya Hari Raya Qurban. Di masa sulit seperti sekarang ini, siapa yang tidak ingin mendapatkan daging secara gratis. Saya saja kalau mau jujur juga mau kalau dikasih biarpun jumlahnya tidaklah banyak. Karena jujur saja memang tidak setiap hari bisa bertemu daging di meja makan. Bahkan seminggu sekali juga belum tentu. Tapi biar begitu saya tidak ngoyo ingin mendapat daging kurban itu.

Kejadian saling berebut daging kurban terjadi di beberapa daerah, seperti dari Surabaya, dilaporkan oleh Surya Online puluhan orang dan anak anak sampai terinjak – injak saat berebut daging kuban di Kantor Pengadilan Negeri Surabaya jalan Arjuno Senin, 08/12. Beruntung insiden itu tidak sampai menelan korban jiwa, karena petugas kepolisian cepat mengamankan lokasi. Tidak tanggung – tanggung ada ribuan warga mengantre untuk mendapatkan pembagian daging kurban itu. Pintu pagar kantor Pengadilan Negeri yang terbuat dari besi pun nyaris roboh karena desakan pengantre.

Berebut daging kurban juga terjadi di Solo jawa tengah. Panitia kurban di Masjid Agung Surakarta sampai kewalahan membagikan daging yang terdiri dari 2 ekor sapi dan 24 ekor kambing karena banyaknya warga yang yang berebut ingin mendapatkan daging lebih dulu. Di Masjid Raya Agung Bandung Jawa Barat juga tidak jauh beda, warga saling berebut daging kurban yang terdiri dari 5 ekor sapi dan 11 ekor domba ( dari Kompas.com ).

Masih banyak lagi kejadian serupa di beberapa tempat seperti di Masjid Istiqlal Jakarta, di masjid Kauman Semarang, RSU dokter Sudono Madiun, Kantor Balaikota Jakarta, dan beberapa tempat lainnya.

Menyaksikan warga saling berebut sepotong daging kurban seperti itu, saya jadi berpikir apakah penduduk Indonesia sudah sedemikian miskinnya sampai rela berdesakan bahkan mengabaikan anak – anaknya terpisah dari pangkuan ketika sedang mengantre.( Har-Randublatung/Foto dari Kompas.com)

Premanisme ala Pembalap dan Peraih Piala Citra

ananda-moreno

Ada berita heboh dari dunia hiburan tanah air akhir – akhir ini. Ananda Mikola pembalap nasional yang katanya ‘berprestasi’ melakukan penganiayaan terhadap seorang pria bernama Agung Setyawan. Penganiayaan itu diduga dilakukan bersama adiknya sendiri, Moreno Suprapto atas ‘perintah’ dari Marcella Zalianty. Wah kok malah mirip adegan film saja.

Dari detikhot.com, kejadian itu terjadi Kamis 3 Desember 2008 di kantor marcella Zalianty di kawasan Cikini Jakarta Pusat. Saat itu Agung baru saja dibawa dari Hotel Ibis Jakarta Pusat.

Setibanya di Kantor Marcella, Agung disuruh untuk membayar utang kepada Marcella, namun karena belum menyanggupi, sejumlah tindak kekerasan pun dialami Agung. Menariknya, tindak kekerasan itu tidak hanya berupa kekerasan fisik namun juga menjurus ke pelecehan seksual. Kabarnya, Agung disuruh ( maaf ) Oral seks terhadap salah seorang kru film Marcella yang badannya besar dan disuruh menelan cairan (maaf lagi) sperma sang kru film itu. Semua adegan itu katanya direkam oleh Ananda dengan Handycam disaksikan oleh Moreno dan Marcella.

Hmmm, apakah ini ( Pelecehan seksual ) benar benar terjadi atau hanya kabar dari sumber yang nggak jelas? Yang jelas berita ini makin menambah panjang catatan hitam selebriti Indonesia. Ananda Mikola membantah melakukan semua penganiayaan itu. Sementara Agung keukeuh bahwa dia mengalami semua penyiksaan itu. Siapa yang benar siapa yang salah, hanya mereka yang tahu. Ananda Mikola dan Moreno mengaku kesal kenapa mereka yang katanya telah mengukir prestasi untuk Indonesia harus tersangkut masalah seperti ini tapiĀ  tidak ada pihak yang berusaha membantu menyelesaikan kasusnya. Ya iyalah siapa yang berbuat dia yang harus menanggung akibatnya. Prestasi Ananda juga menurut saya nggak spektakuler sekali, pemberitaan yang banyak muncul justru dari kabar gonta ganti pacar selebriti dari si A sampai si Z.

Buat aparat penegak hukum, tegakkanlah hukum seadil – adilnya, kalau memang bersalah beri hukuman yang setimpal. Buat Ananda, Moreno dan Marcella selamat, kalian telah membuat diri kalian lebih terkenal dengan kasus ini. Nikmati saja kasus ini selayaknya sedang melakukan suting sinetron striping. ( Hihihihi…..)

***

Janji Politik, Menunggu Realisasi

checkmate

Pesta Pemilu 2009 semakin dekat, bermacam kampanye baik yang terselubung maupun yang terang – terangan sudah mulai banyak dilakukan. Yang paling sering kita lihat ( Mungkin sebenarnya terpaksa kita lihat ) adalah yang tayang di media televisi. Ada yang beriklan dengan kedok organisasi tertentu, ada yang terang – terangan membawa nama Partai tertentu, ada juga yang beriklan untuk dirinya sendiri.

Seperti beberapa waktu lalu ada iklan Soetrisno Bachir, juga ada Prabowo Subiyanto yang iklannya terasa lebih sering sekarang ini, ada juga Wiranto, lalu ikut – ikutan juga Rizal Malarangeng, baru baru ini juga ada mantan presiden Megawati, dan terbaru presiden saat ini SBY juga ternyata nggak mau ketinggalan ikut memasang iklan di televisi.

Megawati dalam iklannya bahkan menjanjikan sembako murah bagi rakyat Indonesia. Megawati bahkan menyerukan kepada semua kader PDIP untuk menjadikan ‘Sembako Murah’ sebagai isu utama dalam setiap kampanye PDIP di daerah. Menebar janji memang mudah tapi melaksanakannya belum tentu. Bisa saja mereka menawarkan janji janji setinggi langit, tapi setelah terpilih nanti apa iya mereka masih mengingatnya. Dunia politik, kata orang bisa merubah orang yang bersih menjadi kotor , pun bisa merubah orang yang kotor menjadi nampak bersih.

Suatu Pemerintahan tidak hanya terdiri dari orang orang dari satu golongan dan satu kepentingan. Ada yang satu aliran dengan penguasa, ada juga yang berseberangan dengan yang berkuasa. Beragam janji ketika kampanye, tidak akan mudah merealisasikannya ketika seseorang benar benar berkuasa kelak. Ada pihak yang akan meolak kebijakan, ada pihak yang akan menjegal langkah sang penguasa, ada pihak yang akan merongrong kekuasaan sang penguasa.

Mungkin sekarang ini yang kita perlukan adalah penegakan hukum di segala bidang, di segala golongan, di segala tingkatan masyarakat. Saat ini kita mempunyai banyak sekali peraturan baik yang berupa undang – undang maupun peraturan daerah namun tidak ditegakkan secara optimal. Bagaimana mau ditegakkan, para penegak hukum sendiri sering melanggar peraturan itu. Soal korupsi misalnya, ada Komisi Pemberantas Korupsi ( KPK ) yang bertugas memberantas korupsi para pejabat, namun ada juga pejabat di KPK yang terlibat Korupsi. Di lembaga pengadilan juga sering kita dengar praktek suap menyuap yang dilakukan baik oleh Jaksa maupun Hakimnya. Bahkan di lembaga legistatif yang notabene bertugas membuat undang undang juga sering sekali kita dengar adanya praktek Korupsi dan suap. Jadi bagaimana mau maju negeri ini kalau praktek hitam para pejabat pemerintahan masih berjalan. Alih alih memajukan negeri, menjadi pejabat saja korupsi. Apa kata dunia…….?

***